Penulis : Salsabilah Khalisa | Editor : Marischa

sumber foto : https://pin.it/5u1NHJy

Yogyakarta, Buana Pers – Beberapa mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) mengeluhkan perihal cetak ulang Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) yang hilang. Sudah sepatutnya pihak kampus atau fakultas terkait memfasilitasi terkait percetakan ulang kartu mahasiswa, namun terdapat fakta yang terjadi dilapangan di mana beberapa mahasiswa merasa dipersulit, dilain sisi ada yang dipermudah pula dalam mengurus KTM yang hilang.

Keluhan ini muncul dari salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi dan Multimedia angkatan 2021. Ia menjelaskan bagaimana sulitnya mengurus cetak ulang KTM yang akhirnya membuatnya menyerah. Bagaimana tidak, pihak pelayanan Kampus 3 yang berada di Jalan Ringroad Utara memberikan arahan untuk mengurus di Biro Pembelajaran kampus pusat di Jalan Wates. Namun, ketika sampai di lokasi mahasiswa diinstruksikan memiliki surat kehilangan dari kantor polisi sebagai persyaratan yang dibutuhkan dalam cetak ulang KTM yang hilang. Tentu hal ini sangatlah membingungkan bagi mahasiswa, buat apa dibentuk BOP kampus cabang kalau masih saja dilempar ke kampus pusat. Bukannya adanya biro pelayanan kampus cabang sebagai alternatif atas jauhnya jarak antar kampus?.

“Mengurus cetak ulang KTM yang hilang itu susah banget prosedurnya, udah disuruh ke kampus 1, sampai sana ternyata harus urus surat kehilangan di Polsek, sampai Polsek pun disuruh punya surat keterangan dari kampus. Ribet banget bolak-balik,” ujar LH kepada awak Buana Pers.

Ia juga turut menjelaskan bahwa staf dari Biro Pemasaran yang menangani pelayanan KTM dan jas almamater, menginformasikan untuk KTM hanya bisa dicetak satu kali saja semasa mahasiswa menempuh pendidikan di UMBY tercinta. Lalu, mengapa masih memberikan usulan untuk mengurus di kampus pusat dan membuat surat kehilangan di kantor polisi?

Mahasiswa lain memberikan respon terkait prosedur cetak ulang KTM yang mendapat perlakuan berbeda dengan yang dialami LH.

“Saya mengurus KTM yang hilang tinggal bilang, bisa langsung dicetak tanpa persyaratan ini itu,” kata SD kepada Buana Pers.

Tak sedikit pula mahasiswa yang mengatakan bahwa dalam melakukan prosedur terkait pencetakan ulang KTM yang bermasalah, mendapatkan kemudahan dari staf kampus. Harusnya kampus lebih bisa memastikan bahwa setiap kebijakan dan peraturan diterapkan dengan benar dan adil.

Pada waktu yang berbeda, mahasiswa dengan inisial SK juga mengeluh terkait  informasi  yang berbeda tentang prosedur pencetakan ulang KTM yang hilang. SK menjelaskan bahwa pada hari Rabu, dirinya mengunjungi bagian akademik dan salah satu staf sudah hampir mencetak ulang, namun  dicegah oleh staf lainnya. Staf tersebut menjelaskan bahwa untuk cetak ulang KTM  harus mengurus ke Biro Akademik Kampus 1 UMBY. Setelah mendengar beberapa mahasiswa yang dimudahkan dalam mengurus cetak ulang KTM, SK kembali lagi keesokan harinya untuk mengkonfirmasi. Namun, peraturan justru berubah lagi.

“Untuk mengurus KTM yang hilang, harus memiliki Surat Keterangan Mahasiswa Aktif dan Surat Kehilangan lalu di urus ke Kampus 1,” jelas salah satu staf Biro UMBY terkait KTM yang hilang.

Ketika SK meminta surat keaktifan mahasiswa dari BOP kampus 1, justru petugas yang melayani SK merasa heran karena menurut staf tersebut untuk pengurusan KTM yang hilang tidak perlu Surat Keterangan Mahasiswa Aktif. Hal ini Sangat  membingungkan bagi mahasiswa, mereka tidak tahu mana yang benar di sini. Masa antar staf biro administrasi ada miskomunikasi sih! Lagi-lagi yang dibuat bingung mahasiswanya lagi.

Seharusnya ada pakem tersendiri yang memang menjelaskan prosedur pengaduan dan pelayanan. Menjadi catatan besar bahwa adanya biro pelayanan di kampus cabang itu sebagai aternatif dalam proses administratif. Mengingat jarak kampus pusat dan kampus cabang sangatlah jauh, sehingga alurnya dapat dipermudah. Terlebih lagi terkait pelayanan yang berbeda bagi sebagian mahasiswa, padahal semua mahasiswa seharusnya memiliki hak yang sama. ‘Mungkin’ ternyata UMBY menerapkan prinsip ‘ASK : Always See Knowledge’ dengan harapan komunikasi antara civitas akademik tetap terjalin meskipun terkadang info yang diberikan agak membingungkan.